Pemanfaatan Gas Ikutan Menjadi Produk LPG

Kegiatan hulu migas terutama pada tahap produksi/pengangkatan minyak bumi dari dalam sumur umumnya akan menghasilkan gas ikutan (associated gas atau flaring gas) yang ikut terlarut pada minya bumi (crude oil). Kebanyakan dari gas ikutan tersebut tidak dimanfaatkan atau diolah lebih lanjut, sehingga ketika pengolahan minyak bumi dilaksanakan, gas ikutan ini dibakar melalui gas flare dan kemudian dibuang ke udara. Semua kilang minyak (oil refinery) tentunya memiliki gas flare untuk menangani gas ikutan ini. Tujuan dari pembakaran tersebut yaitu agar tidak menimbulkan bahaya terhadap lingkungan sekitar, karena bila tidak dibakar terlebih dahulu maka gas ikutan ini akan ikut bercampur dengan udara dan tentunya sangat berbahaya bagi makhluk hidup.

pembakaran gas buang di gas flare
Gas Flare (Sumber: www.geograph.org.uk)

Gas Ikutan (Associated Gas)

Gas ikutan yang terakumulasi di dalam minyak mentah disebabkan oleh 2 dua hal, pertama yaitu gas yang ikut larut ke dalam minyak mentah melalui suatu formasi, serta gas ikutan telah mengalami penjenuhan pada tempat penampungan penyimpanan minyak sehingga tekanan dan temperatur gas berada di bawah batas maksimum. Karena tekanan inilah sehingga membuat gas terdorong ke atas. Perlu juga diketahui bahwa terdapat kondisi tententu dimana hidrokarbon terhadap gas ikutan akan mengalami perubahan bentuk menjadi gas maupun minyak, serta bisa juga mengalami pengembunan.

Sumur minyak yang mengandung gas ikutan (associated gas), sebenarnya telah terjadi pemisahan secara alami antara kedua zat tersebut karena berbeda berat jenis. Ketika proses produksi migas, terdapat hal penting yang perlu diperhatikan yaitu menjaga tekanan reservoir. Selain itu, tekanan dari hydrokarbon sebaiknya tetap berada pada tekanan maksimum yakni antara 20% hingga 35%. Tahap produksi ini umumnya menggunakan mesin proses untuk penyulingan gas ikutan. Pressure atau tekanan gas ikutan dapat dimanfaatkan bila tekanan dari dalam reservoir mengalami penurunan, serta dapat juga dimanfaatkan untuk proses penyaringan.

Namun masalahnya, ketika dilakukan penyulingan gas ikutan, kemungkinan akan berdampak buruk terhadap aliran minyak mentah serta akan berpengaruh terhadap proses produksi. Kebanyakan perusahaan-perusahaan migas enggan untuk mengolah langsung menyak mentah tanpa penghilangan gas ikutan, alasannya ialah ketika gas ikutan diolah maka dapat mempengaruhi kualitas minyak, serta biaya operasional juga akan ikut meningkat.

Setiap harinya, berbagai negara produsen migas turut serta mengeluarkan gas ikutan dengan jumlah antara 10 hingga 25 Bcf (Billion cubic feet). Tercatat hanya dua negara yaitu Rusia dan Amerika Serikat yang mengeluarkan gas ikutan melebihi jumlah tersebut. Khusus untuk negara-negara di Eropa Barat, gas ikutan yang dibuang langsung ke udara jauh melebihi jumlah pemanfaatannya. Keadaan ini juga tidak jauh berbeda di negara lain. Berbeda halnya dengan minyak bumi, jumlah yang diproduksi sangat berimbang dengan jumlah penggunaanya.

Emisi karbon monoksida yang dikeluarkan oleh gas buang diperkirakan mencapai 1 hingga 4% dari total emisi di udara, selain emisi karbon monoksida, terdapat juga methane dan nitrous oxide. Umumya emisi tersebut sangat mengganggu masyarakat di area pembuangan, terutama dampak buruknya terhadap tanaman dan hewan. Hasil pembakaran gas buang yang dibakar di udara akan mengeluarkan hawa panas, kilatan cahaya dan suara gaduh. Dampak buruk dari sisa gas ikutan terhadap lingkungan mungkin tidak akan dirasakan secara langsung, tapi beberapa tahun kedepan pasti akan dirasakan akibat-akibat dari pembuangannya.

Proses Ekstraksi Gas Ikutan Menjadi LPG (Liquified Petroleum Gas)

LPG ( Liquified Petroleum Gas) atau di Indonesia sering juga disebut elpiji adalah gas yang terdiri dari berbagai unsur hydrocarbon dari gas alam diproses lebih lanjut di kilang minyak bumi (refining crude oil) sehingga menghasilkan produk LPG. Selain itu, LPG juga dapat dihasilkan dari proses extraksi gas ikutan dari lapangan minyak (crude oil field).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa gas ikutan bila dibuang langsung ke udara maka akan menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Untuk menghindari pembuangan gas ikutan tersebut, maka sebagian perusahaan minyak telah menerapkan merode pengolahan gas ikutan menjadi LPG guna meminimalkan tejadinya pencemaran udara. Namun perlu kita ketahui bahwa pemanfaatan gas ikutan untuk diolah menjadi LPG masih tergolong minim, hal tersebut disebabkan oleh ketersediaan peralatan pengolahan dan tingginya biaya produksi, sehingga tidak semua kilang minyak memiliki unit untuk memproses (ektraksi) gas ikutan menjadi produk LPG.

Tahap ektraksi gas ikutan di LPG plant dimulai dari pengaliran gas ikutan dari sumur melalui jalur pipa (pipeline) kemudian ditampung di stasiun pengumpul (gathering station) pada fasilitas produksi minyak (production facilities). Gas ikutan selanjutnya akan diolah dengan mekanisme sistem pendinginan menggunakan beberapa komponen proses yang terdiri dari cooling and separation unit, booster compressor, unit ekstraksi liquid (liquid extraction unit), refrigerant re-circulating system, hot oil circulation system, fuel gas system, glycol circulation system, LPG storage and unloading facilities, dan electric power generation.

flow diagram proses ekstraksi gas ikutan di LPG plant
Skema Proses Ekstraksi Gas Ikutsan di LPG Plant

Alur proses pada LPG plant dalam mengolah/mengekstraksi gas ikutan (flaring gas) seperti pada gambar di atas adalah sebagai berikut:
  • Bahan baku (feedstock) yang berupa gas diperoleh dari lokasi lapangan minyak trasportasikan  melalui pipa atau menggunakan kapal ke LPG plant dan selanjutnya akan diproses. Dari LPG plant tersebut akan menghasilkan produk berupa LPG, lean gas dan condensate.
  • Sumber energi yang digunakan dalam memproses serta mengangkut gas ikutan yakni pembangkit listrik (power plant) yang menggunakan lean gas (hasil proses).

Produk LPG berbahan baku gas ikutan banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga maupun untuk keperluan industri. Tentunya kita berharap agar pemanfaatan gas ikutan menjadi produk bahan bakar seperti LPG lebih ditingkatkan lagi demi menghindari pencemaran lingkungan akibat emisi gas buang dari flare gas. Selain itu, dengan pemanfaatan gas buang sebagai bakar maka akan meningkatkan jumlah sumber daya energi, dan tentunya menghemat jumlah cadangan minyak bumi karena sebagian besar bahan bakar yang digunakan saat ini berbahan dasar minyak bumi.

0 Response to "Pemanfaatan Gas Ikutan Menjadi Produk LPG"

Post a Comment

Berkomentarlah dengan sopan dan sesuai dengan konten blog, jangan meninggalkan link aktif karena akan kami anggap sebagai spam.