Teori Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam

Minyak Bumi dan Gas alam merupakan sumber energi utama dunia saat ini, penggunaannya mencapai 65% dari total penggunaan sumber energi lainnya (batubara, tenaga air, energi nuklir, geothermal dan lain sebagainya). Tingginya kebutuhan akan minyak mentah membuat banyak negara berlomba-lomba melakukan explorasi dengan tujuan menemukan lokasi cadangan minyak baru demi memenuhi kebutuhan energi maupun bahan bakar di negaranya.

Minyak bumi dalam dunia perminyakan disebut petroleum atau crude oil, yaitu cairan yang terdiri dari berbagai campuran hidrokarbon, karena terdiri dari campuran hidrokarbon maka minyak mentah sering juga disebut cairan hidrokarbon. Sifat fisik minyak bumi sendiri yakni berbau kurang sedap, berwarna cokelat ataupun kehitam-hitaman, teksturnya licin dan tentunya mudah terbakar. Komposisinya sendiri ketika diperoleh dari sumur dan belum diolah sama sekali yakni terdiri dari 80-87% campuran hidrokarbon, sedangkan sisanya terdiri oksigen, hydrogen, nitrogen, sulfur, metal dan air (H2O).
Pembentukan minyak bumi menurut teori biogenetik, teori anorganik dan teori duplex.

Sementara gas alam juga merupakan sumber daya alam dalam bentuk gas, dan hasil pengilangannya banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari. Pemanfaatan gas alam lebih dominan untuk keperluan bahan bakar rumah tangga, industri dan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Selain itu, hasil ekstraksi gas alam juga banyak digunakan untuk pembuatan amonia, yaitu sebagai bahan campuran pembuatan pupuk.

Teori Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam

Minyak dan gas alam merupakan salah satu komuditas utama saat ini, sehingga banyak negara melalui perusahan-perusahaan minyaknya terus melakukan expansi pencarian bahan bakar fosil ini, entah itu dilakukan di negaranya sendiri atau di negara lain. Kian tahun volume minyak dan gas alam yang diangkat dari dalam perut bumi terus mengalami peningkatan, hal tersebut didasari oleh semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar, terutama bahan bakar hasil pengolahan minyak mentah. Tingginya kebutuhan tersebut membuat minyak dan gas alam juga terus mengalami penurunan jumlah cadangan, padahal tahap pembentukannya membutuhkan waktu yang lama, bahkan berjuta-juta tahun.

Saat ini terdapat 3 teori yang mengemukakan tahap pembentukan minyak dan gas alam, yakni teori biogenetik, anorganik dan teori duplex. Masing-masing teori tersebut mengemukanan tahap pembentukan yang berbeda beda, tetapi kesamaanya teletak pada jangka waktu pembentukan migas, yakni beribu-ribu higga berjuta-juta tahun. Di bawah ini adalah isi dari ketiga teori tersebut:

1. Teori Biogenetik

Teori biogenetik menyebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam terbentuk dari beraneka ragam hewan dan tumbuhan yang mati dan kemudian tertimbun dibawah endapan lumpur. Endapan lumpur tersebut kemudian akan dibawa oleh arus air ke laut, sehingga mengendap di dasar laut. Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun, endapan lumpur tadi dan tertimbun berbagai material, seperti tanah dan bebatuan sehingga membuatnya semakin jauh di dalam permukaan tanah dan terakumulasi pada posisi tertentu. Karena tertimbun dalam waktu yang lama, maka akan berubah menjadi minyak dan gas.

Bila kita mendalami teori biogenetik di atas, sebenarnya bisa dikatan masuk akal, karena memang kebanyakan lokasi penemuan minyak dan gas alam dalam jumlah besar umumnya berada di dasar laut. Lalu bagaimana dengan teori anorganik dan duplex? Silahkan simak teorinya di bawah ini.

2. Teori Anorganik

Pada teori ini disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam terbentuk karena adanya aktifitas bakteri terhadap unsur-unsur nitrogen, oksigen, belerang serta zat-zat organik yang terkubur. Akibat dari adanya aktifitas tersebut, maka bakteri tadi akan berubah menjadi substansi minyak yang terdiri dari campuran hidrokarbon kompleks.

3. Teori Duplex

Teori duplex merupakan perpaduan antara teori biogeneik dan teori anorganik. Pada teori duplex dijelaskan bahwa minyak bumi berasal dari organisme laut, baik itu hewani maupun nabati. Diperkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani, sedangkan gas bumi berasal dari materi nabati. Akibat dari pengaruh waktu, suhu dan tekanan, maka endapan lumpur tersebut berubah menjadi batuan sedimen, yaitu batuan lunak yang berasal dari lumpur dan mengandung bintik-bintik minyak, batuan sedimen ini sering juga disebut dengan batuan induk (source rock). Selanjutnya minyak akan bermigrasi ke tempat yang bertekanan lebih rendah sehingga terakumulasi di tempat tersebut, tempat berkumpulnya minyak bumi tersebut disebut dengan trap (perangkap) atau reservoir.

Ketiga teori pembentukan minyak bumi dan gas alam di atas tentu memiliki dasar yang kuat, tetapi tergantung lagi dari bagi orang yang memahaminya, apakah bisa diterima atau tidak. Namun intinya, karena proses pembentukan minyak bumi dan gas alam memerlukan waktu yang sangat lama, maka saat ini perlu dilakukan pengalihan sumber energi untuk menghemat ketersediaan cadangan minyak dan gas alam saat ini.

Sekian artikel pengetahuan kali ini mengenai teori pembentukan minyak bumi dan gas alam, semoga bermanfaat bagi anda, terima kasih.

1 Response to "Teori Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam"

  1. Baru2 ini saya membaca dari beberapa blog dan dokumentasi yang menjelaskan tentang Shale Gas dan mungkin ketersediaan minyak bumi masih lebih banyak dari yang kita tau sekarang ini. Bukan berita yang benar.

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan sopan dan sesuai dengan konten blog, jangan meninggalkan link aktif karena akan kami anggap sebagai spam.