Karakteristik Fraksi Kerosene dan Proses Pengolahannya

Minyak tanah atau kerosene merupakan salah satu bahan bakar rumah tangga utama masyarakat Indonesia hingga tahun 2006. Namun saat ini, dengan adanya program pemerintah yaitu pengalihan bahan bakar minyak khusunya minyak tanah ke bahan bakar gas membuat bahan bakar satu ini sudah sangat sulit ditemui di pasaran, walapun ada namun memiliki harga yang cuku mahal bahkan lebih mahal dari gasoline (bensin). Saat ini penggunaan fraksi minyak bumi ini lebih dipriotaskan untuk keperluan penerbangan yaitu sebagai bahan bakar pesawat yang biasanya dikenal sebagai Avtur (Aviation Turbine) serta bahan bakar roket. Dengan demikian, tentunya pengolahan kerosen memiliki tahap yang lebih spesifik hingga menghasilkan produk avtur.

Produk kerosene yang dijual di pasaran

Proses Pengolahan Kerosene dan Sifat-sifatnya

Minyak tanah (kerosene) adalah salah satu jenis cairan hydrokarbon yang mudah terbakar bila terkena sumber api dengan temperatur tertentu. Produk hasil olahan minyak bumi ini dihasilkan dari proses distilasi bertingkat tepatnya pada suhu 150°C hingga 275°C atau pada rentan rantai karbon C12-C15. Selain digunakan sebagai bahan bakar lampu minyak dan komopor, sekarang ini penggunaan kerosen lebih dipriotitaskan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin jet dan roket. Umumnya fraksi kerosen untuk penerbangan biasanya dikenal sebagai Jet-A, Jet-B, JP-4 dan JP-8. Sementara untuk bahan bakar roket diberi kode RP-1 yang menggunakan bantuan oksigen cair dalam tahap pembakarannya.

Sama seperti fraksi minyak bumi lainnya, kerosene diperoleh dari proses distilasi minyak mentah. Distilasi merupakan tahap pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi seperti naptha, diesel, kerosene, gas dan residu berdasarkan dengan titik didihnya. Setelah melalui tahap distilasi, selanjutnya kerosene akan dioah secara khusus pada suatu unit hydrotreater atau sering juga disebut Merox dengan tujuan mengurangi kadar belerang (sulfur) serta senyawa-senyawa lain yang dianggap sebagai pengotor terutama yang dapat menyebabkan pengkaratan.

Selain menggunakan metode hydrotreating, kerosene juga dapat dihasilkan dengan metode hydrocracking. Secara umum hydrocracking diartikan sebagai proses pemotongan/perengkahan rantai karbon dengan tujuan mengkonversi umpan menjadi produk dengan bantuan katalis dan gas hydrogen. Metode ini digunakan untuk meningkatkan stuktur pada fraksi minyak sehingga dapat sesuai dengan spesifikasi bahan bakar minyak. Perlu juga kita ketahui bahwa minyak tanah sering juga digunakan sebagai campuran di dalam produk-produk pembasmi serangga.

Sifat-Sifat Kerosene

Penggunaan kerosene sebagai bahan bakar jet harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, terutama pada titik beku (freezing point) dan titik asap (smoke point). Hal tersebut sangat beralasan, misalnya saja freezing point, alasannya karena ketika pesawat sedang mengudara dan berada pada temperatur yang dingin, keadaan tersebut dapat menyebabkan bahan bakar mengalami pembekuan sehingga dapat menyebabkan gangguan kinerja pada mesin pesawat. Sementara untuk titik asap, standarisasi ini lebih mengarah ke faktor lingkungan, yaitu bertujuan untuk meminimalisir timbulnya asap dari hasil pembakaran bahan bakar pesawat.

Minyak tanah memiliki sifat fisik yang berbeda dengan bensin maupun minyak gas, sifat fisik minyak tanah yakni:
  1. Rentang titik didih berada pada kisaran 175°C hingga 284°C
  2. Berat jenis 0,7 sampai 0,83
Minyak mentah umumnya mengandung fraksi kerosen dengan kisaran 5-25%, sementara dalam kerosene mengandung senyawa naften, parafin, aromatik dan senyawa sulfur. Besar kecilnya kandungan senyawa tersebut dalam minyak tanah sangat berpengaruh terhadap sifar-sifat minyak tanah. Terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki minyak tanah seperti kekentalan, titik asap, titik beku, titik nyala, sifat pembakaran, kadar belerang, bau serta warna yang khas.

Pengolahan Kerosene

Terdapat 2 proses utama pengolahan minyak tanah yaitu pencucian dengan menggunakan asam sulfat dan proses adeleanu, berikut penjelasannya masing-masing:

1. Pencucian Menggunakan Asam Sulfat

Fungsi dari pencucian dengan menggunakan sama sulfat ini ialah untuk mengetahui jumlah kadar belerang serta senyawa-senyawa lain yang dapat menimbulkan kerak dan mempengaruhi warna pada kerosene. Biasanya proses penambahan asam sulfat ini dlakukan hingga lima kali, setelah itu akan dicuci dengan air dan soda.

2. Proses Adeleanu

Pada prinsipnya, tindakan ini hanya meruapakan proses ekstraksi senyawa aromatik dengan menggunakan belerang dioksida.

Kedua tahap tersebut merupakan tahap utama proses pengolahan minyak tanah pada kilang minyak hingga dihasilkan produk dari fraksi kerosene dengan spec tertentu. Demikianlah ulasan kali ini mengenai pengolahan kerosene dan sifat-sifatnya.

0 Response to "Karakteristik Fraksi Kerosene dan Proses Pengolahannya"

Post a Comment

Berkomentarlah dengan sopan dan sesuai dengan konten blog, jangan meninggalkan link aktif karena akan kami anggap sebagai spam.